"Pekerjaan Tidak Sesuai kepribadian Picu Stres Kerja"
TUGAS MATA KULIAH
PERILAKU ORGANISASI
Dosen Pembimbing :
Ibu Charisma Ayu Pramuditha, B. Tech. Mgt, MHRM
Disusun Oleh :
Ricky Estrada
NPM : 1721200053
Semester Genap Tahun 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Multi Data Palembang
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayah-Nya lah tugas ini dapat
dibuat yang berjudul “Pekerjaan Tak Sesuai Kepribadian Picu
Stres Kerja”.
Tidak lupa pula saya sampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Charisma sebagai
pembimbing dari mata kuliah “Perilaku Oganisasi”. Penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.Harapan saya semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena
itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Palembang, Maret 2018
Penyusun
Daftar Isi
Judul dan
Cover........................................................................................................................
Kata Pengantar..........................................................................................................................
Daftar
Isi....................................................................................................................................
Bab 1
Pendahuluan...................................................................................................................
1.1 Latar
Belakang.............................................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah.......................................................................................................
1.3 Tujuan...........................................................................................................................
Bab 2
Isi....................................................................................................................................
2.1 Analisis
Kasus.............................................................................................................
2.2
Pembahasan...............................................................................................................
Bab 3 Penutup...........................................................................................................................
3.1
Kesimpulan..................................................................................................................
3.2
Saran...........................................................................................................................
Daftar
Pustaka...........................................................................................................................
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan
sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami stres. Stres tersebut
tidak hanya dalam kehidupan sosial ekonominya saja tetapi juga
dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan sekitar yang penat
juga dapat menyebabkan stres dalam bekerja.
Banyak orang yang
tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam kehidupannya, padahal
apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita dapat
mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya
keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres
melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Di dalam dunia
pekerjaan stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya
kualitas kerja yang di miliki seseorang dalam melakukan pekerjaan nya.
Lingkungan kerja yang tidak kondusif juga dapat mendorong terjadinya Stressor
kerja, Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang di
persepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan yang dapat menimbulkan stress dalam
kerja.
Lingkungan organisasi
sebagai penyebab Stressor juga sudah di kemukakan oleh para ahli, salah satunya
adalah Morgan dan King. Menurut Morgan dan King (Khaerul Umam, 2010: 203)
stress adalah keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh
tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi
merusak dan tidak terkontrol. Stress kerja berdampak buruk bagi
lingkungan perusahaan karena dapat mengganggu produktivitas kerja perusahaan
dan merugikan diri karyawan itu sendiri.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka yang menjadi pokok pembahasan
pada makalah ini, antara lain:
1. Apa faktor-faktor penyebab stres ?
2. Apa gejala yang terjadi ketika stres ?
3. Apa dampak yang dapat di timbulkan oleh stres
?
4. Bagaimana cara pengendalikan stres ?
1.3
TUJUAN
1. Mengetahui faktor-faktor yang dapat
menyebabkan stres.
2. Mengetahui gejala yang terjadi ketika stres.
3. Mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan dari
stres.
4. Mengatahui cara pengendalikan stres.
2.1 Analisis Kasus
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan
seseorang mengalami stres berat di tempat kerja, alias burnout. Misalnya,
atasan galak, lelah di perjalanan menuju kantor, atau pun tugas yang tak ada
habisnya. Walau demikian, ternyata ada penyebab tak terduga mengapa banyak
karyawan yang mengalami burnout, yaitu ketidaksesuaian antara tanggung jawab
pekerjaan dengan tipe kepribadian. Tak bisa dipungkiri, ada banyak orang yang
tidak punya kemewahan bisa memilih pekerjaan sesuai passion atau pun
kepribadian. Apa pun dikerjakan asalkan bisa menghasilkan uang yang halal.
"Terkadang seseorang memilih pekerjaan karena sesuai dengan motif 'di
bawah sadar' yang dibentuk oleh norma sosial dan keinginan dari orang
lain," kata Veronika Brandstatter, Ph.D, profesor psikologi dari Swiss. Ia
mencontohkan, individu yang memiliki konsep diri menjadi orang yang berpengaruh
mungkin akan memilih karier sebagai manajer, meski sebenarnya aktivitas yang
dikaitkan dengan pekerjaan manager tidak memberikan kepuasan secara nyata.
2.2Pembahasan
A. DEFINISI
STRES
Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang
bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi
sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Menurut Charles D,
Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang
mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus
yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai
tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari
luar diri seseorang.
Menurut Morgan dan King (Khaerul Umam, 2010: 203) stres adalah
keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik
(badan) atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak
terkontrol.
Selain itu, menurut Heger (1994) stress sangat bersifat
individual dan pada dasarnya bersifat merusak apabila tidak ada keseimbangan
antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun,
berhadapan dan suatu stressor (sumber stress) tidak selalu mengakibatkan
gangguan scara psikologis maupun fisiologis.
Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang
menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya.
Yoder dan Staudohar (1982 : 308) mendefinisikan Stres Kerja adalah Job stress
refers to a physical or psychological deviation from the normal human state
that is caused by stimuli in the work environment. yang kurang lebih memiliki
arti suatu tekanan akibat bekerja juga akan mempengaruhi emosi, proses berpikir
dan kondisi fisik seseorang, di mana tekanan itu berasal dari lingkungan
pekerjaan tempat individu tersebut berada. Beehr dan Franz (dikutip Bambang
Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang
menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan,
tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu. Stres merupakan suatu kondisi
ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Jika
seseorang / karyawan mengalami stres yang terlalu besar maka akan dapat
menganggu kemampuan seseorang / karyawan tersebut untuk menghadapi
lingkungannya dan pekerjaan yang akan dilakukannya(Handoko 1997:200)
Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu
bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan
di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
Gibson dkk (1996:339), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu
tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau
proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari
luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan
psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.
Adapun jenis – jenis stress menurut Quick dan Quick (1984) ada 2
jenis, yaitu :
1. Eustres
Merupakan hasil dari respons terhadap stres yang bersifat sehat,
positif dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk
kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan
pertumbuhan, fleksibelitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang
tinggi. Contohnya adalah dalam pekerjaan kita di tuntut untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan dengan dealine yang sudah ditetapkan, apabila kita bisa
menyelesaikan tugas tesebut sesuai dengan deadline yang ditetapkan maka
pemimpin perusahaan akan memberikan bonus kepada kita.
2. Disstres
Hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negative, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi
individu dan juga organisasi, seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat
ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan
keadaan sakit, penurunan dan kematian. Contohnya adalah perusahaan menuntut
kita untuk meningkatkan produksi barang, tetapi tidak memiliki alat yang
memadai untuk meningkatkan produksi barang tersebut, sehingga para karyawan
harus bekerja lebih lama agar bisa memenuhi permintaan perusahaan tersebut.
Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan
mulainya dan sering kali tidak menyadari, menurut Robert (dalam Hawari;
1999:50) tahapan stres dikemukakan sebagai berikut:
1. Stres
tingkat pertama. Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: semangat besar,
penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, kemampuan menyelesaikan pekerjaan
lebih dari biasanya Tahapan ini biasanya menyenangkan sehingga orang bertambah
semangat tanpa disadari sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.
2. Stres
tingkat kedua. Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan sudah mulai
hilang, keluhan yang sering muncul adalah: merasa letih sewaktu bangun pagi,
merasa lelah setelah makan siang, merasa lelah menjelang sore hari, terkadang
muncul gangguan sistem pencernaan, perasaan tegang pada otot punggung dan
tengkuk, perasaan tidak bisa santai.
3. Stres
tingkat ketiga. Tahapan ini keluhan keletihan mulai tampak disertai dengan
gejala-gejala: gangguan usus lebih terasa, otot lebih tegang, gangguan tidur,
perasaan tegang semakin meningkat, badan terasa goyang dan mau pingsan.
4. Stres tingkat
empat. Tahapan ini menunjuk pada keadaan yang lebih buruk dengan ciri: sulit
untuk bertahan sepanjang hari, kegiatan yang semula menyenangkan kini
terasa sulit, kehilangan kemampuan untuk menanggapi, situasi, pergaulan sosial,
dan kegiatan-kegiatan lainya terasa berat, tidur semakin susah, perasaan
negativistik, kemampuan berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidak
dapat dijelaskan.
5. Stres
tingkat kelima. Tahap ini lebih mendalam dari pada tahap keempat, yaitu:
keletihan yang mendalam, pekerjaan sederhana saja kurang mampu dikerjakan,
gangguan sistem pencernaan, perasaan yang mirip panik 6. Stres tingkat
keenam Tahap ini merupakan keadaan gawat darurat tidak jarang penderita dibawa
ke ICCU, gejala tahap ini cukup mengerikan antara lain: debaran jantung yang
amat kuat, sesak nafas, badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran, dan
pingsan. Menurut Selye (dalam Hidayat; 1998:231) stres kerja dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu:
1) Tahap
Alarm Stage, awal pengerahan dimana tubuh bertemu tantangan yang ditimbulkan
penekanan. Jika penekanan sudah dikenali, otak segera mengirim suatu pesan
biokimia keseluruh sistem dalam tubuh. Dengan tanda terjadinya dalam waktu yang
sangat singkat, mempunyai ketegangan yang tinggi, denyut jantung meningkat,
tekanan darah naik
2) Tahap
Resistance (perlawanan), bila stres terus berlangsung maka gejala yang semula
ada akan menghilang karena terjadi penyesuaian dengan lingkungan dan
peningkatan daya tahan terhadap stres.
3) Tahap
Kolaps/Exhaustion (kehabisan tenaga), tubuh tidak mampu mengatasi stres yang
dialami, energi menurun dan terjadi kelelahan, akhirnya muncul gangguan bahkan
sampai kematian. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tahapan
stres kerja menunjukkan manifestasi di bidang fisik dan psikis, di bidang fisik
berupa kelelahan sedangkan di bidang psikis berupa kecemasan dan depresi, hal
ini dikarenakan penyediaan energi fisik maupun mental yang mengalami defisit
terus-menerus semakin habis, sehingga daya tahan terhadap stres sangat
lemah.
B. FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB STRES
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres disebut stresor.
Stresor dibedakan atas 3 golongan yaitu :
1. Stresor
fisikbiologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan lain-lain.
2. Stresor
psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan,
kesepian, jatuh cinta dan lain-lain.
3. Stresor
sosial budaya : menganggur, perceraian, perselisihan dan lain-lain.
Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3
faktor yaitu:
1. Faktor
Lingkungan.
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan, yaitu
1) Perubahan
situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila perekonomian itu
menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan mereka.
2) Ketidakpastian
politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang terjadi di Indonesia,
banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan yang tidak puas dengan keadaan
mereka. Kejadian semacam ini dapat membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti
penutupan jalan karena ada yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat
para karyawan terlambat masuk kerja.
3) Kemajuan
teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel pun menambah
peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat karyawan harus
mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu.
4) Terorisme
adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin meningkat dalam
abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung WTC oleh para teroris,
menyebabkan orang-orang Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.
2. Faktor
Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan
stres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam
kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka,
serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis
mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana contoh-contoh itu terkandung
di dalamnya, yaitu:
1) Tuntutan
tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau tekanan untuk
menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
2) Tuntutan
peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai fungsi
dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu.Konflik peran
menciptakan harapan-harapan yang barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan.
Kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada
yang dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran
tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang harus
dikerjakan.
3) Tuntutan
antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.Kurangnya
dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat
menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya di antara para karyawan yang
memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
4) Struktur
Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat aturan dan
peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan yang berlebihan dan
kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada
karyawan merupakan potensi sumber stres.
3. Faktor
Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama
faktor-faktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik
kepribadian bawaan.
1) Faktor
persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang
menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat
berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin
anak-anak merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi
karyawan dan terbawa ke tempat kerja.
2) Masalah
Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola sumber daya
keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan
stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja.
3) Karakteristik
kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting mempengaruhi stres adalah
kodrat kecenderungan dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan
pada pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.
Reaksi terhadap stres kerja bervariasi antara orang yang satu
dengan yang lain, perbedaan ini sering disebabkan oleh faktor psikologis dan
sosial yang tampaknya dapat merubah dampak stres bagi individu. Menurut Smet
(1994:131) faktor yang mempengaruhi pengalaman stres kerja menjadi lima (5),
yaitu:
1. Variabel
dalam kondisi individu: umur, tahap perkembangan, jenis kelamin, temperamen,
faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status ekonomi, dan
kondisi fisik.
2. Karakteristik
kepribadian: introvert-ektrovert, stabilitas emosi secara umum, tipe
kepribadian A, locus of control, kekebalan dan ketahanan.
3. Sosial-kognitif:
dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial.
4. Hubungan
dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima
5. Strategi
koping, mempunyai dua fungsi menurut Lazarus & Folkam (dalam Smet;
1994:145), yaitu:
1) Emotion-Focused
Coping (fokus pada emosi) di gunakan untuk mengatur respon
emosional terhadap stres, dengan cara penghindaran, pengambilan jarak,
perhatian yang bersifat selektif, dan pengambilan makna dari kejadian-kejadian
yang negatif.
2) Problem-Focused
Coping (fokus pada pemecahan masalah). Individu akan mengatasinya
dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan yang baru, individu akan
cenderung melakukan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah
situasi.
Menurut Sarafino (1990:94) faktor-faktor yang mempengaruhi stres
kerja terdiri dari:
1. Lingkungan
fisik yang terlalu menekan (kebisingan, temperature, udara yang lembab,
penerangan dikantor yang kurang terang.
2. Kurang
control.
3. Kurangnya
hubungan interpersonal.
4. Kurangnya
pengakuan terhadap kemajuan kerja.
Menurut Sunaryo (2004:216) faktor-faktor yang mempengaruhi stres
adalah:
1. Faktor
biologis, herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik
2. Faktor
psiko-edukatif/sosio-cultural, perkembangan kepribadian, pengalaman, dan
kondisi yang mempengaruhi.
Ada 4 Penyebab Stres Kerja Menurut Gibson dkk (1996:343-350)
yaitu:
1. Lingkungan
fisik
Penyebab stres kerja dari lingkungan fisik berupa
cahaya, suara, suhu, dan udara terpolusi.
2. Individual
Tekanan individual sebagai penyebab stres kerja terdiri dari:
Ø Konflik
peran: Stressor atau penyebab stres yang meningkat ketika seseorang menerima
pesan- pesan yang tidak cocok berkenaan dengan perilaku peran yang sesuai.
Misalnya adanya tekanan untuk bergaul dengan baik bersama orang- orang yang
tidak cocok.
Ø Peran
ganda: Untuk dapat bekerja dengan baik, para pekerja memerlukan informasi
tertentu mengenai apakah mereka diharapkan berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Peran ganda adalah tidak adanya pengertian dari seseorang tentang hak, hak
khusus dan kewajiban-kewajiban dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
Ø Beban
kerja berlebih: Ada dua tipe beban berlebih yaitu kuantitatif dan kualitatif.
Memiliki terlalu banyak sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan beban berlebih yang bersifat
kuantitatif. Beban berlebih kualitatif terjadi jika individu merasa tidak
memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka atau
standar penampilan yang dituntut terlalu tinggi.
Ø Tidak
adanya kontrol: Suatu stresor besar yang dialami banyak pekerja adalah tidak
adanya pengendalian atas suatu situasi. Sehingga langkah kerja, urutan kerja,
pengambilan keputusan, waktu yang tepat, penetapan standar kualitas dan kendali
jadwal merupakan hal yang penting.
Ø Tanggung
jawab: Setiap macam tanggung jawab bisa menjadi beban bagi beberapa orang,
namun tipe yang berbeda menunjukkan fungsi yang berbeda sebagai stresor.
Ø Kondisi
kerja
3. Kelompok
Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan
diantara kelompok. Karakteristik kelompok menjadi stresor yang kuat bagi
beberapa individu.Ketidakpercayaan dari mitra pekerja secara positif berkaitan
dengan peran ganda yang tinggi, yang membawa pada kesenjangan komunikasi
diantara orang- orang dan kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan kata lain
adanya hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan bawahan.
4. Organisasional
Adanya desain struktur organisasi yang jelek, politik yang jelek
dan tidak adanya kebijakan khusus.
C. GEJALA
STRES
Secara umum seseorang yang mengalami stres pada pekerjaannya
akan menampilkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu :
1. Physiological memiliki
indikator yaitu : terdapat perubahan pada metabolisme tubuh, meningkatnya
kecepatan detak jantung dan nafas, meningkatnya tekanan darah, timbulnya sakit
kepala dan menyebabkan serangan jantung.
2. Psychological memiliki
indikator yaitu : terdapat ketidakpuasan hubungan kerja, tegang, gelisah,
cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda pekerjaan.
3. Behavior (perilaku)
memiliki indikator yaitu : terdapat perubahan pada produktivitas,
ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya
konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat, mudah gelisah dan
susah tidur, meningkatnya agresivitas dan kriminalitas, menurunnya kualitas
hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, kecenderungan untuk melakukan
bunuh diri.
Adapun gejala stres ditempat kerja yang sering terjadi, yaitu:
1. Kepuasan
kerja rendah
2. Kinerja
yang menurun
3. Semangat
dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi
tidak lancar
5. Pengambilan
keputusan jelek
6. Kreatifitas
dan inovasi kurang
7. Bergulat
pada tugas-tugas yang tidak produktif
Cary Cooper dan Alison
Straw (1995:8-15) mengemukakan gejala stres
dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik,
yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan
lembab, rnerasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
lembab, rnerasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2. Perilaku,
yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, saiah paham,
tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat kcputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.
tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat kcputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.
3. Watak
dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang
berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak.
berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak.
Menurut Braham (dalam
Handoyo; 2001:68), gejala stres dapat berupa
tanda-tanda berikut ini:
tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik,
yaitu sulit tidur atau tidur lidak teratur, sakit kepala, sulit buang air
besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kuiit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.
besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kuiit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.
2. Emosional,
yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif,
gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.
gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.
3. Intelektual,
yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit
untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
4. Interpersonal,
yailu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada
orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup din secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.
orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup din secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.
D. DAMPAK
DARI STRES
Hasil Penelitian Menurut penelitian Baker dkk (1987), stress
yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh.
Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stress akan menurunkan daya tahan
tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting
desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah
terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak
banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak
yang kalah.
Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil
menemukan hubungan antara stress dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa stress sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk
terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem auto-immune-nya.
Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang
sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang
positif.
Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat
tentang stress dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stress
terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi
stress yang dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stress
yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih
health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin
dan daya tahan tubuh.
Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan
sebab-akibat antara stress dengan penyakit, seperti jantung, gangguan
pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya. Oleh
karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya
kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya.
Adapun dampak Negatif dan dampak Positif dari stres adalah:
1. Dampak
negatif dari stres
Perlu diketahui, bawah biasanya Stress bisa menimbulkan dampak
yang menonjol, jika Stress tersebut bersifat lama. Jika seseorang itu menyimpan
stress tersebut dengan jangka waktu lama dan berkesinambungan di dalam tubuh
dan jiwanya. Saya mencoba mengambil 3 bagian dari diri kita sebagai tempat
berlabuhnya stress ini.
1. Menurunnya
sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang itu, sehingga tidak jarang
menimbulkan sakit perut, maag, mual, pening, meningkatnya detak jantung dan
tekanan darah, penyakit kulit seperti gatal dan alergi,dll.
2. Jika
sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang sudah menurun, maka ini akan
mempengaruhi kesehatan jiwa. Orang yang larut akan kesedihan, ketakutan,
jengkel, emosi, frustrasi, dsb, maka lama lama ini akan menimbulkan dampak yang
tidak baik terhadap pikiran kita. Hal buruk ini akan menimbulkan keadaan buruk
lagi seperti; pelupa, tidak mampu untuk mengambil keputusan, kurang kreatif,
sering bingung, cepat capek, ngantuk dan lemas, dan masih banyak lagi.
3. Hati
hati, jika hal kedua di atas sudah terjadi dengan jangka lama, maka kepribadian
seseorang bisa jadi berubah. Mereka akan memulai suatu kebiasaan yang merupakan
suatu bentuk pelarian dari semua ketakutan dan kegelisahan tersebut. Mereka
melakukan ini sebagai tindakan pelarian dan kompensasi untuk melindungi diri
sendiri. Misalnya seseorang yang tidak peminum dan perokok, bisa berubah dengan
seketika menjadi kelihatan seperti pecandu, minum minuman beralkohol dengan
ukuran banyak, sering melakukan kesalahan, aggresiv, hingga kehilangan jati
diri yang sebenarnya.
2. Sebagai
dampak Positif dari stres
Kita akan semakin kuat dalam menjalani hidup yang penuh dengan
tantangan, mata kita akan semakin jeli untuk melihat tantangan yang akan
datang, dan sudah mempunya suatu pengalaman bagaimana untuk mengatasi hal
tersebut. Karena itulah tidak jarang kita mendengar bahwa Buku, guru dan
pelajaran yang terbaik adalah PENGALAMAN itu
sendiri.
E. PENGENDALIAN
STRES
Manajemen stres dan teknik pengurangan stres
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi
tanpa memperoleh dampak yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
harus dicoba. Sebagian para pengidap stres ditempat kerja akibat persaingan,
sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukan
cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari
stres, justru akan menambah masalah lebih jauh.
Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi
stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu
perubahan dan penanggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting
agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama
yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya ditempat kerja. Stres
dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan
bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan
atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya
ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa
harus bekerja secara dekat. (margiati, 1999:76)
Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang
organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres
yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan
akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih
baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atu ringan mungkin akan memberikan
keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut
bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berfikir untuk
memberikan tugas yang menyertakan stres ringan bagi karyawan untuk memberikan
dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan
oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengola stres, ada
2 pendekatan yaitu: pendekatan individu dan pendekatan organisasi
1. Pendekatan
individual
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level
stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu:
pengolahan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan
pengolahan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas
dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan
fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu
menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang
dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi
terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega,
keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
2. Pendekatan
Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran
serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga
faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang yang
mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah
melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan,
pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program
kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang
mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan
terhadap kondisi fisik dan mental.
Dalam
mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk
pengurangan stres yang terjadi. Ada 4 pendekatan yang sering digunakan adalah
relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan retrukturisasi kognitif
yang semuanya membantu para karyawan mengatasi stres yang berkaitan dengan
pekerjaan.
1. Relaksasi
otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot
adalah pernafasan yang lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan
ketegangan otot. Diantara berbagai teknik yang tersedia, relaksasi
progresif kontinjensi adalah yang paling sering digunakan. Teknik
ini terdiri atas menenangkan dan mengendurkan otot secara berulang-ulang yang
diawali dari kaki dan terus meningkat ke muka. Relaksasi dicapai dengan
berkonsentrasi pada kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan otot yang
dirileksasikan.
2. Biofeedback
Dalam biofeedback, perubahan kecil yang muncul dalam
tubuh atau otak di deteksi, diperkuat dan ditunjukan kepada orang tersebut.
Peran potensial dari biofeedback sebagai teknik manajemen
stres individu dapat dilihat dari fungsi tubuh hingga tekanan tertentu yang
dikendalikan secara sukarela atau sadar. Potensi biofeedback adalah
kemampuannya untuk membantu relaksasi dan mempertahankan fungsi tubuh pada
keadaan non-stres.
Salah satu keunggulan teknik biofeedback dibandingkan
dengan non biofeedback adalah bahwa teknik ini memberikan data yang tepat
mengenai fungsi tubuh. Pelatihan biofeedback telah bermanfaat
dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan keasaman lambung, mengendalikan
tekanan dan migren, dan secara umum mengurangi manifestasi fisiologis negatif
dari stres.
3. Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan
ulang pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah
kebalikan fisiologis dan psikologis dari respon stres berperang atau lari.
Herbert Benson menganalisis banyak program meditasi dan
mendapatkan suatu respons relaksasi 4 langkah.
Keempat langkah tersebut adalah :
Ø Menemukan
suatu lingkaran
Ø Menggunakan
suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh dengan kesan yang
menyenangkan untuk mengubah fikiran dari fikiran yang berorientasi secara
eksternal.
Ø Mengabaikan
pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu sikap yang pasif.
Ø Mengasumsikan
suatu posisi yang nyaman.
Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendentalsebagai
mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam dan mencapai sumber
dari pemikiran. Tidak semua orang yang bermeditasi mengalami hasil yang
positif, akan tetapi sejumlah besar orang melaporkan meditasi sebagai hal yang
efektif dalam mengelola stres.
4. Restrukturisasi
kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam
manajemen stres dikenal sebagai retrukturisasi kognitif, adalah respons
seseorang terhadap stressor menggunakan sarana proses kognitif, atau pemikiran.
Asumsi dasar dari teknik ini adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk
ekspektasi, keyakinan dan asumsi merupakan label yang mereka terapkan pada
situasi. Teknik kognitif dari manajemen stres berfokus paa mengubah label atau
kognisi sehingga orang tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik
kognitif memiliki tujuan yang serupa yaitu untuk membantu orang memperoleh
lebih banyak kendali atas reaksi meraka terhadap stresor dengan memodifikasi
rasionalisasi mereka.
Selain teknik pengurangan stres diatas ada beberapa kiat lagi
yang dapat digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang
dikemukakan oleh Alex :
1. Sediakan
waktu rileks
Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan
dimulai sejak pagi, sebelum anda berangkat kerja daripada memikirkan beban
pekerjaan (tapi tidak ada solusinya) , lebih baik digunakan waktu anda yang
terbatas tersebut untuk melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik
pernapasan adalah teknik relaksasi yang paling mudah untuk dilakukan. Caranya
dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan sampai tak ada lagi udara yang
tersisa di paru-paru. Lakukan minimal 3x sampai beban anda merasa berkurang.
2. Bersikap
lebih asertif
Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya
kesempatan untuk membuat perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan
atasan tentang tugas anda dan tanggung jawab tambahan yang ingin anda pegang. Dengan
demikian, anda bisa menentukan pekerjaan yang bisa anda lakukan dengan cara
seperti yang diinginkan perusahaan.
3. Bekerja
lebih efisien
Selalu kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas disebabkan
tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya. Alex
memberikan contoh seorang wartawan yang produktif di waktu malam akan merasa
tertekan jika memaksakan diri menulis di waktu siang hari. Untuk mengatasinya,
sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari membuat outline dan mencari bahan, malam
hari menyelesaikan tulisan. Untuk bekerja secara efisien, anda juga harus
trampilmenentukan prioritas. Adanya urutan prioritas dapat membantu anda
mengatur strategi.
4. Tingkatkan
energi dengan tidur
“Ketika lelah, anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal
yang sepele,” demikian tulis Camile Anthony dalam “the art of
napping at work” (1999). Kesalahan juga akan membuat perhatian anda menurun
sehingga mudah melakukan
kesalahan. Dalam
keadaan demikian, Alex menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah waktu
kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam 3 jam. Anda bisa memanfaatkan
mushola kantor ( diluar waktu sholat) atau mobil anda untuk tidur, Jangan lupa
pasang alarm agar tidak tidur terlalu lama. Jika keduanya tidak tersedia, meja
kerja anda bisa jadi pilihan terakhir. Yang penting tingkatkan
energi segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur selama 30 menit atau
kurang, Menurut Anthony akan meningkatkan mood dan rasa humor sehingga
memperbaiki hubungan anda dengan rekan kerja. Anthony menganjurkan agar
membatasi tidur selama 30 menit saja agar tidak sampai tertidur nyenyak, yang
akan membuat anda lebih lelah ketika bangun.
5. Atur
lingkungan kerja
Dalam feng shui, seni tata ruang dari tiongkok, tempat kerja yang
teratur menunjukan pikiran yang teratur. Jaga lingkungan kerja, terutama meja
dari tumpukan kertas atau file. Simpan kertas-kertas anda dalam map dan dalam
kotak file atau laci file. Anda juga bisa mencegah stres dengan mengubah letak
kursi sehingga bisa mengetahui siapa yang akan masuk ke ruangan anda. Jika
memungkinkan pindahkan meja sehingga anda dapat bekerja dengan cahaya alami
dari luar.
6. Kembangkan
pola hidup sehat
Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah
makanan dan minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak
mengandung vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Kurangi
makanan berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.
Berolah raga secara teratur. Olahraga yang cukup tidak saja
menyehatkan badan, tetapi juga memperbesar kapasitas badan dan memperbesar
kapasitas paru-paru sehingga mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan
kadar oksigen tinggal di dalam darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh
tubuh anda, sehingga akan berpikir lebih jernih.
7. Tingkatkan
keterampilan
Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari keterampilan baru.
Jika anda merasa kurang mampu berkomunikasi, anda bisa mempelajarinya melalui buku-buku
atau latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota. Jika anda
mempunyai minat terhadap komputer, kembangkan minat anda. Peningkatan
ketrampilan akan membuat anda menjadi karyawan yang lebih berharga
8. Lupakan
pekerjaan saat libur
Berlibur atau santai bukan berarti membuang waktu. Selain
memberikan energi tambahan yang akan membuat anda lebih kreatif, berlibur
bersama akan mempererat hubungan anda dengan keluarga.
9. Pekerjaan
bukan segalanya
Diluar pekerjaan, masih banyak kegiatan lain
yang dapat menimbulkan perasaan berguna bagi anda. Dengan mengikuti kegiatan di
luar pekerjaan, stres anda di tempat pekerjaan akan berkurang. Anda dapat
meyakinkan diri bahwa walaupun anda tidak bisa memperbaiki keadaaan di tempat
kerja, anda bisa mengendalikan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan anda.
Perasaan mampu mengendalikan kehidupan anda sendiri adalah harta tak ternilai.
Bab 3
Penutup
3.1 KESIMPULAN
Stress kerja merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap
orang dimana hal tersebut dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar
mereka. Stress juga terjadi dalam kerja dimana stress tersebut dapat bersumber
dari empat hal yaitu tingkat individu, tingkat kelompok, tingkat organisasi dan
ekstraorganisasional. Keempat hal tersebut dapat menghasilkan stress yang
berbeda pada setiap individu tergantung bagaimana individu itu merespon
stressor tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat ditentukan bagaimana
stress yang dialami seseorang tersebut.
Stres yang terjadi dapat berupa stres positif maupun negatif
dimana stress itu akan memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami
stress. Stres yang dialami pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi
dengan banyak metode sehingga diperlukannya suatu manajemen stress dalam
pekerjaan suatu perusahaan. Serta adanya usaha dari orang tersebut untuk dapat
mengurangi stress yang mereka alami.
Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban
pikiran seseorang serta adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi.
Namun semua itu masih dapat dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi
pengaruhnya dalam bekerja.
3.2 SARAN
Stress dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi teknik
pengurangan stress yang dapat digunakan serta menajemen stress tersebut dengan
baik. Karena hal tersebut mampu mencegah stress dalam bekerja serta
meningkatkan efektifitas dalam bekerja. Selain baik bagi karyawan/pekerja juga
baik bagi perusahaan (lembaga).
Daftar
Pusaka
http://putrakolut.blogspot.co.id/2013/02/makalah-stres-kerja.html
Komentar
Posting Komentar